SEJARAH SINGKAT DESA MEGATI
Alkisah adanya atau berdirinya suatu Desa dengan memakai sebuah nama tentu dapat diyakini mempunyai latar belakang ataupun suatu momen sejarah yang menjadikan alasan kenapa dipilihnya sebuah nama tertentu untuk menjadi Nama sebuah Desa.
Namun dalam hal ini untuk mengungkap sejarah Desa Megati tidaklah semudah itu, oleh karena langsung dari sumber-sumber yang kiranya dapat mendukung disamping juga penulis belum mengadakan penelitian yang mendalam untuk hal tersebut.
Adapun Sejarah Singkat Desa Megati belum dapat kami paparkan secara gamblang, mungkin baru hanya untuk Pemerintahan Desa sudah kami dapat gali sejak sekitar tahun 1950 yang dipimpin oleh seorang yang kami sampaikan di bawah nanti. Namun dalam hal ini kami meyakini sebuah mitos sebagai sekedar ulasan terjadinya Desa Megati dapat Kami sampaikan sebagai berikut :
Perihal mitos Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan sampai saat ini belum dapat Kami ketahui secara jelas, hal tersebut disebabkan terbatasnya data penunjang seperti adanya suatu Prasasti, Tulisan-tulisan yang dapat dipakai pedoman dalam mengungkapkan terbentuknya Desa Megati secara jelas.
Namun sangat disayangkan atas penuturan Para Tetua yang dulu berperan di Desa, tidak ada yang dapat menjelaskan meski hanya selintas akhirnya penulis berusaha menguak secara etimologi dengan mencari arti nama Megati tersebut dimana Megati secara selintas terkuak bahwa Nama Megati itu terbentuk dari sebuah kata dasar Pagat/Pegat yang berarti Putus, dan mendapat akhiran/pengiring i dan huruf depannya mendapat sengau P menjadi M sehingga ia berubah menjadi kata aktif atau kata kerja yaitu Megati yang berarti memutuskan .
Menurut cerita, konon leluhur orang Megati pada jaman dulu mulai membuka Hutan dengan melakukan payogan beliau dengan hikmat sehingga tempat itu seperti memiliki arti tersendiri dan dalam kenyataannya kami berusaha menguak beberapa persepsi tetua kami berusaha kami analisa bahwa Megati itu terwujud dari uma dan gati karena persawahan sangat luas namun tersandung dengan pertanyaan bahwa manusialah yang membuat sawah dan yang terakhir kami tertarik oleh seseorang yang selintas memberikan pengamatannya secara gaib konon ada seorang yang memiliki kemampuan yang cukup tinggi dan suci dan beliau tinggal ditempat ini dan beliau memiliki pengikut atau sisia dan karena kemuliaan beliau maka para pengikutnya sangat yakin dengan petunjuknya, dan pada suatu ketika para pengikutnya sangat resah karena kekurangan makanan akhirnya para tokohnya menyampaikan hal itu kepada dang guru dan atas petunjuk Hyang Kuasa agar mohon anugrah di Pura Dalem pada Ibu Dewi Uma di Pura Dalem yang saat itu belum ada istilah Desa Adat dan setelah dilakukan konon diberkati dengan bahan makanan yang berupa biji-bijian yang dikenal dengan jijih dan dari jijih-jijih yang banyak dari biji itu maka tempat ini kemudian dikenal dengan nama Jelijih yang oleh pengikutnya harus dilestarikan ditanam dan untuk melaksanakan itu atas petunjuk yang diberikan dibuatlah sistim sawah karena membutuhkan pengaturan air dan karena itu atas petunjuk Ida Betara Dalem maka sawah itu diberi nama Uma (Ida Betari Uma) dan karena terpetak-petak dengan ujung yang jelas maka disebutlah dia carik dan sebutan pusat pertanian dan para pengikut beliau lebih berkonsentrasi di sana dan pengambilan air yang paling utama saat itu adalah dari hulu dan disebut temuku aya dan oleh itu konon karena itu tempat itu dianggap suci dan memberikan berkah sehingga oleh para leluhur di Megati khususnya meyakini tempat itu sebagai beji sampai sekarang. Berselang berikutnya perkembangan semakin pesat penduduknya karena mereka lebih mempersiapkan makanan untuk menyambung hidupnya sehingga yang berkembang ramai pertama adalah Jelijih dan persawahan pun dibuat semakin luas oleh para pengikutnya dan sesuai etika mereka membuat sawah semakin ke hilir/teben untuk menghormati para pendahulunya dan pada jaman berikutnya ada penduduk tempat lain yang menyusul mengikuti pola tersebut tentunya semakin banyak yang mengikuti untuk pembangunan persawahan namun sebagai etika tetua mereka mereka tidak mau membangun di hulu dari pendahulunya tentunya ke hilir sehingga mereka tidak menggunakan lagi hilirnya persawahan untuk tempat tinggal dan penduduk baru itu disebut penduduk samping dan beberapa diantaranya tinggal disebelah timur persawahan untuk lebih dekat dengan para tokoh di Megati maka tempat itu disebut serampingan bahkan mereka umumnya tinggal sampai ke seberang sungai dan mendirikan tempat tinggal(pedukuhan) dan tempat menyimpan hasil panen(pulu) dan yang lainnya yang menyusul membangun persawahan tersebut sampai sekarang menjadi sangat luas dan konon Sang resi itupun meninggalkan alam ini secara gaib, dengan meninggalkan beberapa tanda tanda alam yang kita yakini secara mitos. mengikuti tersedianya air yang saat itu ditemukan di ujung utara dari tempat mereka dan keatas sehingga seperti terpisah dari tempat sekitarnya sehingga mirip dengan puncak bukit dan tempat itu masih sangat keramat dan suci dan saat mana beliau memberikan petunjuk maka beliau turun disuatu tempat dan untuk memenuhi kebutuhan pangan para pengikutnya karena beliau adalah penganut Siwa. pada masa berikutnya mulai banyak ganguan mulai berdatangan dan penerus beliau berikutnya mengajak pengikutnya mohon penjagaan sesuai keyakinannya sehingga tempat itu diberi nama Jaga Balu sebenarnya adalah Jaga Bala Jaga artinya Bala penjaga artinya Prajurit masyarakat desa Megati membuka hutan umumnya bertempat tinggal di Jelijih. Pada waktu itu, sebagian besar penduduk mempunyai sawah dan ladang yang terhampar luas, di sebelah timur desanya. Sawah dan ladang mereka sangat subur.
Berikutnya pengikut beliau bertkelompok masing – masing masyarakat dengan orang suci tersebut tinggal di bagian hulunya (sebelah Timur) dan waktu berselang konon beliau akhirnya beryoga dan meninggalkan alam ini ditempat ini dengan tanpa meninggalkan peninggalan/penghormatan yang berarti atas keagungan beliau dan pada masa berikutnya hampir semua tokoh yang datang ke Bali dapat mampir di Tempat ini dan sebagai petunjuk awal dalam dalam Bukunya Bapak Singgin Wikarman selintas kami baca bahwa dalam lontarnya Ida Mpu Kuturan tertulis dalam dibuatnya pelinggih gedong Jempeng atau pelinggih Sri Shadana adalah konsep dari Mpu Sri Shadana yang juga terkenal dengan Mpu Magati-Magati dan konon Lontar itu bernama Lontar Anda Tatwa dan Siwa Buwana Tatwa dan kamipun merasa mendapat titik terang sedikit dengan menyimpulkan bahwa nama megati ini tak lepas dari peran Ida Mpu Kuturan atas penghormatan bagi pendahulu beliau yang sama sekali tidak meninggalkan penghormatan dan konon megati maksudnya adalah pegat + i yang lebih mendekati sekarang ini sebagai megatin artinya memutuskan dan pada masa berikutnya salah satu orang suci yang mengikuti jejak beliau melanjutkan perjalanannya mendekati gunung dan sebagai penjaga wilayahnya beliau mengadakan pemujaan dan tempat pemujaan itu ” dan setelah melewati tempat itu beliau beristirahat untuk memikirkan langkah berikutnya dan beberapa pengikutnya diperkenankan menetap disana dan tempat itu diberi nama Sesandan (Se-sandek-an)
Demikian sekilas kami gali dari mitos sejarah Desa kami hanya sebagai pendahuluan namun besar harapan kami keluhuran budi beliaulah yang kami warisi untuk membangun negeri kita kedepan dan menjaga kelestarian alam Bali yang agung ini.
Sehubungan dengan perkembangan, Megati akhirnya menjadi sebuah desa yang berada di tengah-tengah hamparan sawah dan ladang dan sekarang telah menjadi Ibu Kota Kecamatan Selemadeg Timur.
Berkenaan dengan terbentuknya Pemerintahan Desa Megati kami berusaha menerlusuri sejarah terbentuknya namun tersendat dengan file
Nama –Nama Kepala Desa yang pernah memegang Jabatan di Desa Megati sejak terbentuknya Pemerintahan di Desa Megati sampai sekarang :
No |
N a m a |
Alamat |
Masa Menjabat |
Ket |
1. |
I Nengah Ribo ( Alm ) |
Br. Jelijih Desa |
1950-1966 |
|
2. |
I Dewa Made Widia ( Alm ) |
Br. Megati kelod |
1966-1978 |
|
3. |
I Nyoman Suradnya |
Br. Jelijih Lebah |
1978-1988 |
|
4. |
I Wayan Sara (Alm) |
Br.Sesandan kangin |
1988-1998 |
|
5. |
I Dewa Ketut Gede Sudiarsa (alm) |
Br. Megati kelod |
1998-2005 |
|
6 |
I Gede Putu Sedana Karmayasa |
Br. Sesandan Kauh |
2005-2011 |
|
7 |
I Ketut Susila Arta Widana |
Br. Jelijih Tegeh |
2011-2017 |
|
8 |
I Wayan Sueca |
Br. Serampingan Kaja |
2018-2023 |
|
Megati, 20 Desember 2023.
Perbekel Desa Megati
Dewa Nyoman Sukerta